Gojekin Aja!
Hari gini siapa sih yang tidak kenal dan tidak menggunakan Go-Jek di kehidupan sehari-harinya? Saya jamin, lebih dari 50% warga Jakarta menggunakan aplikasi revolusioner ini. Mulai dari pelajar, pegawai kantoran, bahkan sampai artis menggunakannya. Di tengah kesemerawutan ibukota, Go-Jek hadir menawarkan solusi yang cemerlang guna membantu kegiatan sehari-hari warga ibu kota. Konsep awal Go-Jek itu simple, seperti naik ojek pangkalan pada umumnya. Yakni mempertemukan calon penumpang dengan Driver Ojek dan mengantarkan ke destinasi calon penumpang. Sesimple itu. Berkat bantuan teknologi digital terkini, Go-Jek membuatnya semakin mudah dalam membantu warga melewati kemacetan ibukota yang semakin hari semakin tak terkendali ini.
Layanan Go-Jek paling favorit pastinya Go-Ride. Namun Go-Jek tidak berdiam diri sampai di situ saja. Go-Jek melihat banyak peluang di aspek yang lain, sampai lahirlah layanan lain seperti yang kita ketahui. Go-Food, Go-Car, Go-Send dan masih banyak layanan lainnya.
Sedang terburu-buru meeting dengan klien, tapi jalanan sedang macet parah? Go-Jekin aja. Tengah malam ingin cari makan, tapi sedang hujan dan malas keluar rumah? Go-Food aja. Mau kirim barang ke temanmu, dan ingin sampai hari itu juga? Go-Send aja.
See? Go-Jek membantu banyak aspek kehidupan kita. Sangat. Am I right?
Apalagi dengan hadirnya Go-Pay, kehidupan digital kita jadi semakin mudah. Sekarang saya bisa isi pulsa dengan Go-Pay, jadi kalau sedang butuh pulsa dan malas keluar rumah. Gampang. Tinggal isi saja dengan Go-Pay.
Saya pernah menonton video interview dari seorang SVP Business Intelligence Go-Jek yakni Crystal Widjaja. Dia berkata, “Martabak adalah makanan yang paling banyak diorder oleh warga DKI Jakarta dengan aplikasi Go-Food. Sekitar 1000 martabak dipesan per harinya”. Can you imagine that? Betapa cintanya warga Jakarta pada martabak. Amazing.
Crystal juga mengamati perilaku pengguna Go-Jek setiap harinya. Pada jam sibuk kantor, stasiun kereta dan halte busway adalah destinasi paling dominan para pengguna Go-Jek. Karena kita semua tahu, orang-orang menghindari macet. Lain lagi ketika weekend, destinasi rata-rata pengguna Go-Jek adalah mall.
Aplikasi buatan anak bangsa ini sukses mencuri hati dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Juga sebagai refleksi dari teknologi yang merevolusi zaman, mengubah perilaku orang, mengubah cara orang berkendara dan bertransportasi. So, thanks to Nadiem Makarim yang telah bekerja keras melahirkan aplikasi yang sangat berguna ini. Nadiem Makarim sukses membantu warga ibukota dan juga sukses menciptakan lapangan kerja baru yang terbilang cukup unik.
Kenapa unik? Karena siapapun bisa mendaftar menjadi mitra Driver Go-Jek. Nadiem Makarim tidak membatasinya. Tukang Ojek Pengkolan, Mba-mba kantoran, mas-mas kantoran, siapapun. Dari mulai motor matic beat sampai moge ninja. Pernah dengar berita tentang rekrutmen massal yang diadakan Go-Jek? Ya, semenakjubkan itu efek Nadiem Makarim mengevolusi ibukota.
Dengan semakin melesatnya perkembangan Go-Jek, Bluebird sebagai penyedia moda transportasi massal, melihat adanya peluang. Bluebird mengadakan kerjasama, dan sekarang Go-Jek sudah terintegrasi dengan Taxi Bluebird.
Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan Go-Jek, ada banyak dampak yang tidak diinginkan dari kehadiran Go-Jek ini. Di awal kemunculannya, Go-Jek sempat ditolak di berbagai tempat. Driver Go-Jek bentrok dengan ojek pangkalan. Sampai terakhir saya ke Bandung, Driver Go-Jek di sana masih sembunyi-sembunyi menjemput calon penumpang. Alasannya, mereka masih takut dengan para ojek pangkalan.
Namun perlahan, Go-Jek bisa berdamai dan beradaptasi dengan keadaan. Sekarang sudah jarang saya temui bentrok antara Driver Go-Jek dan ojek pangkalan.
Dari mulai kemunculannya, hampir semua layanan Go-Jek sudah saya gunakan dan rasakan manfaatnya. Go-Jek benar-benar membantu saya di era digital ini. So, bagaimana denganmu?
Layanan Go-Jek paling favorit pastinya Go-Ride. Namun Go-Jek tidak berdiam diri sampai di situ saja. Go-Jek melihat banyak peluang di aspek yang lain, sampai lahirlah layanan lain seperti yang kita ketahui. Go-Food, Go-Car, Go-Send dan masih banyak layanan lainnya.
Sedang terburu-buru meeting dengan klien, tapi jalanan sedang macet parah? Go-Jekin aja. Tengah malam ingin cari makan, tapi sedang hujan dan malas keluar rumah? Go-Food aja. Mau kirim barang ke temanmu, dan ingin sampai hari itu juga? Go-Send aja.
See? Go-Jek membantu banyak aspek kehidupan kita. Sangat. Am I right?
Apalagi dengan hadirnya Go-Pay, kehidupan digital kita jadi semakin mudah. Sekarang saya bisa isi pulsa dengan Go-Pay, jadi kalau sedang butuh pulsa dan malas keluar rumah. Gampang. Tinggal isi saja dengan Go-Pay.
Saya pernah menonton video interview dari seorang SVP Business Intelligence Go-Jek yakni Crystal Widjaja. Dia berkata, “Martabak adalah makanan yang paling banyak diorder oleh warga DKI Jakarta dengan aplikasi Go-Food. Sekitar 1000 martabak dipesan per harinya”. Can you imagine that? Betapa cintanya warga Jakarta pada martabak. Amazing.
Crystal juga mengamati perilaku pengguna Go-Jek setiap harinya. Pada jam sibuk kantor, stasiun kereta dan halte busway adalah destinasi paling dominan para pengguna Go-Jek. Karena kita semua tahu, orang-orang menghindari macet. Lain lagi ketika weekend, destinasi rata-rata pengguna Go-Jek adalah mall.
![]() |
Crystal :O |
Aplikasi buatan anak bangsa ini sukses mencuri hati dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Juga sebagai refleksi dari teknologi yang merevolusi zaman, mengubah perilaku orang, mengubah cara orang berkendara dan bertransportasi. So, thanks to Nadiem Makarim yang telah bekerja keras melahirkan aplikasi yang sangat berguna ini. Nadiem Makarim sukses membantu warga ibukota dan juga sukses menciptakan lapangan kerja baru yang terbilang cukup unik.
Kenapa unik? Karena siapapun bisa mendaftar menjadi mitra Driver Go-Jek. Nadiem Makarim tidak membatasinya. Tukang Ojek Pengkolan, Mba-mba kantoran, mas-mas kantoran, siapapun. Dari mulai motor matic beat sampai moge ninja. Pernah dengar berita tentang rekrutmen massal yang diadakan Go-Jek? Ya, semenakjubkan itu efek Nadiem Makarim mengevolusi ibukota.
Dengan semakin melesatnya perkembangan Go-Jek, Bluebird sebagai penyedia moda transportasi massal, melihat adanya peluang. Bluebird mengadakan kerjasama, dan sekarang Go-Jek sudah terintegrasi dengan Taxi Bluebird.
Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan Go-Jek, ada banyak dampak yang tidak diinginkan dari kehadiran Go-Jek ini. Di awal kemunculannya, Go-Jek sempat ditolak di berbagai tempat. Driver Go-Jek bentrok dengan ojek pangkalan. Sampai terakhir saya ke Bandung, Driver Go-Jek di sana masih sembunyi-sembunyi menjemput calon penumpang. Alasannya, mereka masih takut dengan para ojek pangkalan.
Namun perlahan, Go-Jek bisa berdamai dan beradaptasi dengan keadaan. Sekarang sudah jarang saya temui bentrok antara Driver Go-Jek dan ojek pangkalan.
Dari mulai kemunculannya, hampir semua layanan Go-Jek sudah saya gunakan dan rasakan manfaatnya. Go-Jek benar-benar membantu saya di era digital ini. So, bagaimana denganmu?
Comments
Post a Comment