Hidup Seorang Nomaden, Mandiri Membuat Keputusan

Pernah terlintas di kepala ini untuk mencoba hidup seperti orang nomaden. Orang yang selalu berpindah-pindah tempat tinggal dalam hidupnya. Kayaknya bakal seru kalo bisa ngerasain tinggal dan bekerja di tempat yang berbeda-beda dalam jangka waktu tertentu.

Misalnya, dalam waktu 1 tahun ini saya tinggal dan bekerja di kota Bandung, lalu di tahun berikutnya saya tinggal dan bekerja lagi di kota Denpasar, lalu bekerja dan tinggal lagi di tempat yang lebih jauh dari “confort zone”. Semakin jauh dari “confort zone” sepertinya akan lebih seru. Hasrat untuk mencoba menjalani hidup seorang nomaden ini selalu terngiang dan mengganggu pikiran saya. Pengen banget rasanya mewujudkan hasrat ini.

Karena sejauh ini, yang saya rasakan ketika tinggal di kota metropolitan (Jakarta) cuma biasa-biasa aja. Soalnya saya masih bisa pulang ke rumah tiap minggu. Saya ngerasa masih bisa minta duit ke ortu kalo kehabisan duit di tengah bulan. Nggak survive yang sesungguhnya. Jadi nggak bisa ngerasain hidup mandiri yang sesungguhnya itu kayak apa sih sebenernya. Nggak ada something yang menantang adrenaline saya.

“Apakah Nomaden sama dengan Perantau?”

Mungkin hasrat itu didasari juga oleh kenyataan bahwa saya yang hampir selama hidup ini (umur saya 20 tahun saat ini) tidak pernah kemana-mana. Ya maksudnya nggak pernah pergi jauh banget dari rumah, paling mentok ke Jakarta atau Bandung. Pengen banget rasanya hidup jauh dari orang tua, dari orang terdekat, pacar, sahabat, saudara (tapi bukan mengasingkan diri juga sih). Cuma sekedar pengen mandiri, sekedar pengen ngerasain gimana sih hidup yang sesungguhnya itu. Karena selama ini keputusan dan keberlangsungan hidup saya masih dicampuri oleh orang tua dan orang-orang terdekat tadi. Pengen tau gimana rasanya jadi orang yang bener-bener hidup sendirian di tengah orang-orang yang enggak dikenal sebelumnya. Atau bisa disebut merantau juga kali ya.

Tapi faktanya, hasrat dan realita yang saya alami sangat bertolak belakang. Saya berhasrat banget pergi jauh  dari tempat kelahiran saya, tapi 2 minggu tinggal di mes kantor di Jakarta aja udah bikin saya home sick. Mungkin karena keturunan darah juga kali ya, saya kan orang Sunda, yang notabennya emang bukan perantau. Tidak seperti orang-orang Jawa atau Batak misalnya, yang doyan banget ngerantau kemana-mana. Mereka ini bisa menetap bertahun-tahun di perantauan tanpa pulang ke kampung halaman sekalipun. Kuat banget, saya mah mungkin udah kena penyakit home sick akut.

Saya udah bosen jadi katak yang selalu berdiam diri di dalam tempurung. Kuper, enggak up-to-date banget. Udah waktunya keluar dari tempurung untuk menemukan keindahan-keindahan yang ada di luar sana dan terlibat dalam dinamika dunia ini. Dunia ini luas banget sob!

Let’s adventure! Yahooooooooooooooooooooo!

Comments

Popular posts from this blog

Gojekin Aja!

Gadis Panik itu Teman Saya

Hello Me!